Jakarta - Harga Pertamax salah satu produk BBM non subsidi PT Pertamina (Persero) saat ini lebih mahal dibandingkan produk setara dengan milik SPBU Asing. Apakah ini dikarenakan Pertamina tidak efisien atau alasan lain?
Seperti diketahui harga Pertamax saat ini tembus Rp 10.200 per liter, sementara bensin Super milik Shell hanya Rp 9.950 per liter, Performance 92 milik Total Rp 9.950 per liter.
Pengamat Perminyakan, Muhammad Kurtubi mengatakan perbedaan harga dengan SPBU asing tersebut belum tentu dikarenakan Pertamina kurang efisien. "Tapi kalau saat ini kelihatannya kenapa bisa terjadi harga Pertamax lebih mahal dari punya SPBU asing, ini dikarenakan SPBU asing masih mengandalkan stok lama," ujar Kurtubi ketika dihubungi detikFinance, Selasa (3/4/2012).
Kurtubi bilang, saat ini kan harga minyak dunia terus naik naik, Indonesia Crude Price (ICP) sudah ditetapkan US$128 per barel, kondisi ini membuat Pertamina harus menyesuaikan harga BBM non subsidinya.
"Kenapa SPBU lain harganya masih lebih murah, selain masih ngandelin stok, ini juga bisa jadi strategi bisnis mereka, mumpung masih ada stok mereka mencoba merayu pengguna BBM non subsidi beli ke SPBU-nya (asing)," kata Kurtubi.
Menurut Kurtubi gejala ini bisa dilihat 20 hari kedepan, biasanya stok mereka sudah habis. "Nah, kalau dalam waktu tersebut harganya tetap sedangkan harga ICP tidak berubah, baru bisa ditanyakan ke Pertamina kenapa ini, kok harganya jauh lebih mahal, apa karena kamu (Pertamina) tidak efisien, sehingga harganya jauh lebih mahal," tandas Kurtubi.
Source
Seperti diketahui harga Pertamax saat ini tembus Rp 10.200 per liter, sementara bensin Super milik Shell hanya Rp 9.950 per liter, Performance 92 milik Total Rp 9.950 per liter.
Pengamat Perminyakan, Muhammad Kurtubi mengatakan perbedaan harga dengan SPBU asing tersebut belum tentu dikarenakan Pertamina kurang efisien. "Tapi kalau saat ini kelihatannya kenapa bisa terjadi harga Pertamax lebih mahal dari punya SPBU asing, ini dikarenakan SPBU asing masih mengandalkan stok lama," ujar Kurtubi ketika dihubungi detikFinance, Selasa (3/4/2012).
Kurtubi bilang, saat ini kan harga minyak dunia terus naik naik, Indonesia Crude Price (ICP) sudah ditetapkan US$128 per barel, kondisi ini membuat Pertamina harus menyesuaikan harga BBM non subsidinya.
"Kenapa SPBU lain harganya masih lebih murah, selain masih ngandelin stok, ini juga bisa jadi strategi bisnis mereka, mumpung masih ada stok mereka mencoba merayu pengguna BBM non subsidi beli ke SPBU-nya (asing)," kata Kurtubi.
Menurut Kurtubi gejala ini bisa dilihat 20 hari kedepan, biasanya stok mereka sudah habis. "Nah, kalau dalam waktu tersebut harganya tetap sedangkan harga ICP tidak berubah, baru bisa ditanyakan ke Pertamina kenapa ini, kok harganya jauh lebih mahal, apa karena kamu (Pertamina) tidak efisien, sehingga harganya jauh lebih mahal," tandas Kurtubi.
Source
0 komentar:
Posting Komentar